Investasi Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Rp117 T di 2018
Mei 14, 2018Jakarta, CNN Indonesia — Kementerian Perindustrian membidik investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) tahun ini mencapai Rp117 triliun. Target tersebut, naik dari realisasi 2017 yang diperkirakan Rp94 triliun.
Dirjen IKTA Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjon memperkirakan, penanaman modal dari sektor IKTA pada tahun ini menyumbang sekitar 33 persen terhadap keseluruhan target investasi manufaktur nasional Rp352 triliun.
“Industri farmasi, serta produk obat kimia dan tradisional akan memberikan kontribusi pertumbuhan paling tinggi di sektor IKTA pada tahun ini, yakni mencapai 6,38 persen,” ujar Sigit dikutip dari Antara, Selasa (16/1).
Sigit menjelaskan, pihaknya saat ini tengah memprioritaskan pendalaman struktur industri farmasi nasional, terutama di sektor hulu atau produsen penyedia bahan baku obat. Upaya strategis ini terutama dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.
“Oleh karenanya, pemerintah telah menyediakan beberapa insentif fiskal, seperti tax allowance dan tax holiday guna menarik investasi dan memacu pelaku industri farmasi mengembangkan pabrik bahan baku di Indonesia,” paparnya.
Sigit mengungkapkan, Indonesia berpotensi unggul apabila mengembangkan sektor industri farmasi, herbal, dan kosmetika karena memiliki sumber daya alam yang mampu mendukung proses produksinya.
Indonesia menurut dia, juga akan berkerja sama dengan Singapura dalam penetapan standar dan keamanan pangan, termasuk produk herbal agar bisa lebih berdaya saing di tingkat global.
“Adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) membuat investasi di sektor ini (farmasi) menarik dan berbagai proyek masih jalan terus,” imbuhnya.
Kemenperin mencatat, beberapa perusahaan farmasi dan bahan baku obat telah menggelontorkan dananya untuk investasi di Indonesia, antara lain PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia senilai Rp132,5 miliar dan PT Ethica Industri Farmasi sebesar Rp1 triliun.
Sementara itu, di sektor kosmetika, terdapat investasi perluasan pabrik PT Unilever Indonesia dengan mencapai Rp748,5 miliar.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut, industri farmasi menjadi salah satu subsektor yang diharapkan berkontribusi signifikan untuk mencapai target pertumbuhan industri pengolahan nonmigas 2018 yang ditetapkan sebesar 5,67 persen.
“Industri farmasi telah mampu menyediakan 70 persen dari kebutuhan obat dalam negeri,” ungkapnya.
Saat ini, nilai pasar produk farmasi di Indonesia mencapai 4,7 miliar dollar AS atau setara dengan 27 persen dari total pasar farmasi di ASEAN.
“Ini menjadi peluang cukup besar bagi industri farmasi dalam negeri untuk lebih mendominasi pasar domestik atau ekspor,” lanjut Menperin.
Airlangga pun meyakini, dengan adanya investasi di sektor industri akan tercipta efek berantai seperti penyediaan lapangan kerja baru, serta peningkatan nilai tambah dan penerimaan devisa dari ekspor.